ECONOMY

IHSG Masih Dibayangi Kekhawatiran Perkembangan Covid-19

Indonesiaplus.id – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih dibayangi dengan kekhawatiran terkait perkembangan pandemi Covid-19 masih jadi penekan utama.

Tak pelak, indeks kembali parkir di zona merah untuk hari kedua berturut-turut di pekan ini, Rabu (13/5/2020). Di awal perdagangan IHSG langsung terjun ke level terendah hari ini yakni 4.519,97.

Sehingga di perdagangan sesi pertama, indeks tidak mampu bangkit hingga akhirnya parkir di level 4.537,29, turun 1,12 persen dibandingkan penutupan hari kemarin.

Pada akhir perdagangan Selasa (12/5/2020) kemarin, IHSG terkoreksi 50,37 poin atau 1,09 persen dan mengakhiri lajunya di level 4.588,73. Padahal di awal pekan sempat menguat 0,91 persen.

Sepanjang sesi pertama hari ini, semua sektor terpantau memerah, dipimpin oleh sektor industri dasar yang turun 2,51 persen. Lalu, diikuti oleh sektor infrastruktur, keuangan, dan aneka industri dengan pelemahan masing-masing 1,62 persen, 1,39 persen, dan 1,32 persen.

Kondisi serupa hampir semua bursa Asia lainnya ikut terkoreksi mengiringi bursa AS yang ditutup melemah pada perdagangan Selasa (12/5/2020). Indeks Dow Jones ditutup -1,89 persen dan indeks S&P 500 ditutup -2,06 persen.

Data Bloomberg per pukul 12.20 WIB, Indeks Nikkei Tokyo terpantau turun 0,31 persen, sedangkan indeks Topix melemah tipis 0,01 persen. Indeks MSCI Asia Pacific juga turun 0,62 persen.

Bursa China malah menguat, baik indeks Hang Seng Hong Kong, maupun indeks SSEC Shanghai. Masing-masing terpantau menguat 0,19 persen dan 0,05 persen.

Menurut analis Indopremier Sekuritas Mino sentimen utama yang menekan IHSG hari ini adalah kekhawatiran pelaku pasar terkait rencana pemerintah untuk mulai melonggarkan aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

“Terjadi perkembangan Covid-19 di Indonesia masih dalam tren naik tapi pemerintah sudah berwacana melonggarkan aturan PSBB sehingga dikhawatirkan Covid-19 jadi lebih lama selesai,” tutur Mino, Rabu (13/5/2020)

Dari global sentimen tak jauh berbeda turut menekan pasar yang mana kabar kemunculan kasus-kasus baru di negara yang sudah melonggarkan lockdown seperti China dan Korea membuat investor khawatir akan potensi pandemi gelombang kedua.[sap]

Related Articles

Back to top button