ECONOMY

Diprediksi 2023 Hadapi Resesi Global, Warga Harus Melakukan Ini!

Indonesiaplus.id – Prediksi resesi global tahun depan tidak berdampak ektrem bagi Indonesia. Kendati demikian, masyarakat perlu melakukan langkah antisipasi agar tak tertekan akibat resesi global.

“Pemerintah tidak perlu memberikan pernyataan berlebihan terkait resesi global 2023. Pasalnya hal itu, justru dapat memicu efek “self-fulfilling prophecy” dan dimaknai masyarakat dengan menahan pola konsumsi berlebihan dan akhirnya akan terjadinya gangguan yang sebenarnya terhadap perekonomian Indonesia, ” ujar Dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB), Deddy Priatmodjo Koesrindartoto di Bandung, Ahad (16/10/2022).

Pada akhirnya dampak resesi global terasa tidak langsung pada berbagai jalur, seperti gangguan ekonomi pada negara-negara tujuan ekspor, volume ekspor berkurang karena karena permintaan berkurang.

Berbagai kebijakan moneter negara besar, seperti kenaikan suku bunga the Fed akan berdampak pada efek pelemahan Rupiah terhadap Dollar dan bisa menjadi salah satu penyebab kenaikan suku bunga di Indonesia.
Proyeksi kenaikan inflasi dan suku bunga ke depan, lanjutnya, likuiditas keuangan di dalam negeri berisiko menjadi berkurang.

“Masyarakat perlu mengantisipasi hal ini dengan menahan intensitas pembelian barang yang bukan menjadi kebutuhan utama di tahun 2023,” saran Deddy.

Berbagai negara di Eropa dan sekitarnya akan merasakan dampak langsung resesi global yang dipicu Perang Rusia-Ukraina. Hal itu, disebabkan negara-negara eropa sangat bergantung pada komoditas penting seperti minyak dan gas (migas) yang berasal dari Rusia dan gandum dari Ukraina.

Indonesia tidak akan terlalu berdampak karena dapat memenuhi pasokan migas sendiri, sedangkan gandum bukan merupakan komoditas pangan utama Indonesia.

“Bagi Indonesia, permintaan kebutuhan energi dalam negeri masih bisa dipenuhi dengan rantai pasok yang ada dan tidak terdampak langsung oleh perang Rusia dan Ukraina, kenaikan harga energi juga turut dirasakan karena kenaikan harga minyak dunia. Krisis komoditas pangan yang terjadi pada gandum, tidak berdampak ekstrem karena memang bukan makanan pokok Indonesia,” katanya.

Perang Rusia-Ukraina mengakibatkan rantai pasok global terhadap sejumlah komoditas penting dunia terganggu bahkan terhenti. Inilah pemicu kekhawatiran resesi global di 2023 jika perang antarkedua negara itu terus berlanjut.

Saat ini kondisi perekonomian Indonesia relatif kuat, ditunjukkan dengan kondisi pasar modal Indonesia yang masih dalam kondisi capital inflow, investasi luar negeri, Foreign Direct Investment (FDI) yang stabil, dan iklim investasi yang tetap berstatus investment grade.

Kondisi itu ditopang dengan kebijakan aktif fiskal dan moneter yang sinergis, sehingga diharapkan efek resesi dan krisis global tidak terlalu ekstrem.

“Perlu siap-siap terhadap kondisi resesi global, kita sudah menjadi bagian ekonomi dunia terhubung. Tapi bagi Indonesia dampaknya akan lebih ‘mild’ dan tidak seekstrem seperti negara-negara lain,” pungkas Deddy.[tat]

Related Articles

Back to top button