Ini Alasan Kenapa Taiwan Ngotot ‘Lepas’ dari China

Indonesiaplus.id – Pasca kunjungan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat Nancy Pelosi ke pulau itu pada Selasa (2/8), Taiwan menjadi sorotan dunia akhir-akhir ini.
Kujungan Pelosi ke Taiwan memantik murka pihak China. Beijing menganggap tindakan itu sebagai pelanggaran atas kedaulatan dan integritas teritorial China.
Selain itu, China melakukan sejumlah tindakan merespons kunjungan Pelosi, yakni dengan mengirimkan
pesawat tempur di Zona Identifikasi Pertahanan Udara (ADIZ) Taiwan, pun melangsungkan latihan militer di dekat pulau itu.
Apa sebenarnya yang menyebabkan Taiwan ngotot menyatakan masih pisah dari China? Taiwan menjadi bagian dari China sejak abad ketujuh, seperti dikutip dari Britannica.
Namun, Taiwan sempat menjadi bagian dari wilayah Jepang setelah Perang Sino-Jepang pada 1895. Kekalahan Jepang di Perang Dunia II membuat Taiwan kembali menjadi bagian dari wilayah China.
Pusat Strategis dan Studi Internasional (CSIS) melaporkan bahwa pada 1 Desember 1943, pemimpin China, Amerika Serikat, dan Inggris menandatangani ‘Deklarasi Kairo.’
Dalam deklarasi itu, ketiga pihak menyepakati bahwa “seluruh wilayah yang diambil Jepang dari China, seperti Manchuria, Taiwan, dan Kepulauan Penghu, harus dikembalikan ke China.”
Dua partai politik utama tengah memperebutkan kekuasaan China kala itu, yakni Partai Nasionalis (KMT) dan Partai Komunis China (PKC).
KMT sendiri merupakan warisan dari Dinasti Qing, sementara PKC didirikan pada 1921 dan membawa agenda revolusi komunis China.
Keduanya sempat damai pada 1928, kala mereka berupaya menyatukan China. Namun, pertarungan antara KMT dan CCP terus berlangsung hingga Perang Dunia II.
Amerika Serikat mendukung KMT, mencoba menengahi konflik KMT dan CCP pada 1945. Namun, KMT dan CCP seringkali berkonflik dan melakukan pelanggaran gencatan senjata, membuat AS mengabaikan upaya perdamaian keduanya pada 1947 dan menarik pasukan mereka dari China untuk mendukung KMT.
Perang antara KMT dan CCP terus terjadi sampai pada 1 Oktober 1949, pemimpin CCP Mao Zedong mengumumkan pembentukan Republik Rakyat China (RRC) di Beijing.
Sedangkan, generalissimo dari KMT, Chiang Kai-Shek, mundur dari Beijing dan mengungsi ke Taiwan. Ia membawa dua juta pasukan KMT dan pendukung partai itu.
Militer KMT kemudian mendeklarasikan Taipei sebagai ibu kota Republik China (ROC).[mar]