Direktur Sejarah: Perlu Merefleksikan Pikiran dan Spirit Ki Hajar Dewantara
Sabtu, 29 April 2017
Indonesiaplus.id – Peringatan Hari Pendidikan Nasional, sejatinya tidak sebatas seremonial saja. Melainkan harus dimaknai dan dijadikan sebagai momentum untuk penguatan dan reaktualisasi pendidikan yang berbasis karakter.
“Setiap 2 Mei, kita memperingati Hari Pendidikan Nasional yang sejatinya tidak hanya seremonial, melainkan harus menjadi momentum untuk penguatan dan reaktulisasi pendidikan yang berbasis karakter, ” ujar Direktur Sejarah, Triana Wulandari usai jumpa pers dalam rangkaian acara peringatan Hari Pendidikan Nasional di Kompleks Kemdikbud, Senayan, Jakarta, Jumat (28/4/2017).
Kegiatan di kelas, kata Triana, tidak melulu diisi dengan belajar terus, tetapi harus menyenangkan seperti yang telah dilakukan Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara dengan Taman Siswa di Yogyakarta.
“Di Taman Siswa itulah, Ki Hajar Dewantara tidak hanya mengajarkan keilmuan pada murid-muridnya. Tapi, juga menguatkan dan membina karakter dengan ragam kesenian, nilai-nilai luhur bangsa, serta budaya, ” katanya.
Saat ini, sangat penting untuk merefleksikan kembali pemikiran dan spirit dari Ki Hajar Dewantara dalam konteks kekinian yang tengah dilanda ‘kehilangan ruh dan arah’ terutama dalam pendidikan karakter.
“Sangat penting merefleksikan dan menggali kembali pikiran serta spirit Ki Hajar Dewantara dalam upaya membina karakter yang saat ini tengah dilanda kehilangan ruh dan arah, serta tujuan dari pendidikan, ” tandasnya.
Untuk menguatkan kembali rasa cinta tanah air, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum proses belajar mengajar dan menghadirkan foto pahlawan nasional di ruang belajar.
“Sebagai langkah nyata mendukung gerakan cinta tanah air, salah satunya dilakukan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum proses belajar mengajar dan menyanyikan lagu kebangsaan sebelum pulang, ” katanya.
Dengan menghadirkan foto pahlawan di ruang belajar tak sekedar mengenalkan, mengetahui, serta menanamkan. Namun, yang terpenting adalah meresapkan jiwa dan semangat kepahlawanan kepada para siswa.
“Foto-foto para pahlawan tak sekedar untuk diketahui, sebab yang terpenting adalah untuk meresapkan jiwa dan semangat kepahlawan kedalam dada para siswa, sehingga mereka siap berkiprah dan berkorban untuk bangsa dan negara, ” harapnya.
Spirit kepahlawan yang harus direaktualisaikan adalah belajar sejarah. Bagaimana dengan segala keterbatasan, para pahlawan itu telah berjuang dengan mengorbankan segenap pikiran, jiwa dan raganya untuk Indonesia.
“Pesan penting dari para pahlawan di tengah segala keterbatasan, yaitu mereka telah berjuang dengan segala pengorbanan untuk Indonesia. Saya kira ini bisa menjadi inspirasi kepada para siswa tentang semangat berkorban dan nilai – nilai keleladanan, ” tandasnya.
Rangkaian acara peringatan Hari Pendidikan Nasional yang bertajuk Merayakan Guru Bangsa: Guru Mulia Karena Karya, akan diisi dengan pemberian penghargaan bagi guru dan siswa berprestasi dari daerah terdepan, tertinggal dan terluar; penampilan bebop orkestra yang mengiringi lagu Indonesia Raya 3 stanza.
Juga, pemaparan sejarah Taman Siswa dan pemikiran Ki Hajar Dewantara; petikan pemikiran Ki Hajar Dewantara; Dialog tentang Pendidikan Nasional; peluncuran buku Merayakan Guru Bangsa; serta pameran riwayat hidup Taman Siswa.[Mor]