HUMANITIES

Bulan Bhakti Pancasila, Merawat Ingatan Jejak Sejarah Bangsa

Minggu, 1 Juli 2018

Indonesiaplus.id – Nilai – nilai Pancasila harus diimplementasikan secara nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Misalnya aparatur sipil negara (ASN), mengimplementasikan nilai-nilai tersebut di setiap kebijakan dan dalam menjalankan tugas pelayanan terhadap masyarakat.

“Betul, Pancasila harus menjadi roh, karena Pancasila adalah obor, sekaligus perekat,” ujar Sekjen Kemendagri Hadi Prabowo di Jakarta, Minggu (1/7/2018).

Membumikan Pancasila, kata Hadi, tidak cukup hanya dengan kata-kata. Melainkan penting dengan perbuatan. Sebab, itulah peringatan “Bulan Bhakti Pancasila” yang digelar sejak 1 Juni hingga 30 Juni di berbagai wilayah di tanah air menjadi penting.

Bulan Bhakti Pancasila dibuka di Ende, NTT, pada 1 Juni lalu dan ditutup di Bengkulu pada Sabtu (30/6/2018).

Pasalnya, di kedua tempat ini dipilih karena nilai-nilai Pancasila lahir dari inspirasi Bung Karno saat diasingkan oleh Belanda ke Ende. Di Bengkulu, Bung Karno terus menggelorakan semangat Pancasila saat diasingkan sejak 1938-1942.

“Hal ini jadi momentum menguatkan tekad dan merealisasikan semangat yang terkandung dalam Pancasila terserap dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat,” katanya.

Sebelunya, Hadi memimpin penutupan peringatan Bulan Bhakti Pancasila di Bengkulu. Acara diisi dengan gerak jalan santai yang diikuti 6000-an ASN dan masyarakat Bengkulu. Di Ende diisi pemutaran film pendek berjudul “Ketika Bung di Ende”.

Menonton film tersebut merupakan cara efektif untuk merawat ingatan tentang jejak perjuangan tokoh besar Bung Karno. Terutama bagi generasi milineal. Karena film merupakan media yang bisa diterima oleh kalangan mana pun, khususnya generasi muda.

“Pancasila digali dari akar budaya Bangsa Indonesia yang majemuk mampu bertahan selama 73 tahun. Sehingga menjadi rumah kita yang ber-Bhineka Tunggal Ika, penjaga NKRI dan insya-Allah sampai akhir zaman,” pungkasnya.[Mor]

Related Articles

Back to top button