GLOBAL

Tolak Bouteflika, Rakyat Aljazair Gelar Domonstrasi Akbar

Sabtu, 9 Maret 2019

Indonesiaplus.id – Penolakan Presiden Abdelaziz Bouteflika dari pencalonannya untuk menjabat periode kelima dalam Pilpres 18 April. Ribuan warga Aljazair tumpah-ruah ke jalanan, Jumat (8/3/2019), menuntut pengunduran diri Presiden sepuh tersebut.

Sebelumnya, sang Presiden berusia 82 tahun memperingatkan risiko terjadinya “kekacauan”. Melambaikan bendera hijau, putih, dan merah Aljazair, kaum laki-laki dan perempuan bergabung menjadi satu memenuhi lapangan Kantor Pos Besar, sementara para pemuda berbaris melakukan demonstrasi damai, seperti dilaporkan AFP.

Keamanan diperketat. Satuan antihuru-hara bersiaga dengan kendaraan berat, termasuk meriam air, sementara helikopter polisi berputar-putar mengawasi situasi di ketinggian rendah. Meskipun demikian, aksi massa yang sudah berlangsung dua pekan itu berlangsung tenang.

Dalam pesannya jelang demonstrasi, Bouteflika tidak mengomentari tuntutan mundur dari pencalonan, tetapi menggemakan peringatan demo-demo kali ini bisa membawa kembali ke “tragedi nasional” perang saudara selama satu dasawarsa pada 1990-an. Menurutnya, aksi massa juga bisa memicu “krisis dan tragedi akibat terorisme” seperti di negara-negara tetangga.

“Sesama warga negara kita yang berdemonstrasi di penjuru negara Afrika Utara ini telah mengekspresikan pandangan mereka secara damai.

Namun, kami harus menyerukan waspada dan hati-hati, dalam kasus pengekspresian pendapat yang damai ini disusupi oleh beberapa pihak berbahaya yang bisa memicu kekacauan,” ujar Bouteflika dari Swiss, tempatnya menjalani perawatan medis sejak 24 Februari, dalam pesan tertulis yang dirilis Kantor Berita APS.

Hingga kini, Aljazair mampu menghindari efek konflik akibat gerakan Arab Spring (Kebangkitan Dunia Arab), yang telah menumbangkan pemerintahan Tunisia dan Libya.

Ketidakpuasan menjalar secara masif terhadap rezim Bouteflika, khususnya di kalangan pemuda yang sulit mendapatkan pekerjaan. Mereka marah ketika pemimpin veteran itu masih dahaga akan kekuasaan dan mengumumkan niat maju lagi sebagai kandidat presiden pada 10 Februari lalu.

Hampir tiap hari per 22 Februari lalu protes muncul di Aljiers meski demonstrasi resmi dilarang sejak 2001. Seruan turun ke jalan dilantangkan secara luas melalui media sosial dengan tagar #Gerakan 8 Maret.

Seluruh rakyat Aljazair diharapkan berpartisipasi dalam demonstrasi damai di ibu kota dan seluruh wilayah negara di Afrika Utara itu.

Penyair dan penulis Lazhari Labter menyebarkan agitasi positif agar warga berpartisipasi dalam Gerakan 8 Maret dan menganggapnya sebagai “Hari Perayaan” serta salah satu bukti “cinta dan keyakinan terhadap bendera dan bunga Aljazair”.

Bahkan, ia membuat sejumlah aturan untuk diterapkan selama demonstrasi, yang disebutnya “18 Perintah Rakyat”. Di antaranya, “Saya tidak akan melempar batu satu pun!” dan “Jangan sampai ada kaca jendela dipecahkan”, hingga instruksi membersihkan jalanan setelah aksi selesai.

Aksi ini diikuti pula oleh sopir angkutan umum, yang menawarkan transportasi gratis mengangkut rombongan demonstran dari pinggiran kota ke lokasi aksi.

“Para pemimpin negara tidak akan melepaskan ambisi mereka dengan gampang, tapi kami juga tak akan menyerah begitu mudah,” kata seorang pengendara taksi, merangkum antusiasme mayoritas warga.

Skala demonstrasi terus membesar sejak hari pertama, 22 Februari lalu. Semula hanya separuh warga dari distrik saya ikut protes. Lalu pada 1 Maret, dua pertiga dari mereka turun ke jalan. Sekarang, 100 persen penghuni distrik berpartisipasi.”

Berkuasa selama dua dasawarsa, Bouteflika belakangan harus memakai kursi roda dan sangat jarang tampil di depan umum sejak terserang stroke pada 2013.

Ia mendaftarkan diri sebagai kandidat pada Minggu (3/3/2019) malam. Janjinya untuk segera mundur jika memenangi pemilu dianggap basa-basi politik yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Kini publik hanya bisa menunggu putusan Dewan Konstitusi, Kamis (14/3/2019), atas seleksi kandidat yang dinyatakan lolos maju di Pilpres 18 April.

Pengusaha Aljazair Rachid Nekkaz ditangkap di kompleks University Hospital, Jenewa, Swiss – tempat Bouteflika menjalani perawatan sejak 24 Februari. Penangkapan Nekkaz, tokoh oposisi yang berusaha menantang Bouteflika di Pilpres 18 April, dibenarkan Juru Bicara Kepolisian Swiss Joanna Matta.[fat]

Related Articles

Back to top button