Derai Air Mata, Iringi Kepergian Inggris dari Uni Eropa

Indonesiaplus.id – Saat lagu Auld Lang Syne dinyanyikan, para anggota parlemen Uni Eropa bergandengan tangan dan dengan penuh air mata, sebab lagu rakyat Skotlandia itu biasa digunakan menandai perpisahan.
Ketua Parlemen Eropa, David Sassoli, mengumumkan bahwa hasil pemungutan suara. Sebanyak 621 suara mendukung pemisahan Inggris dari Uni Eropa dan 49 menolak, sedangkan 13 suara abstain.
Pada pemungutan suara sekaligus pada sidang terakhir itu memastikan bahwa keanggotaan Inggris selama 47 tahun di Uni Eropa akan berakhir pada tengah malam waktu Eropa atau pada tanggal 31 Januari 2020.
Proses itu memakan waktu lebih dari tiga setengah tahun sejak referendum Brexit menunjukkan margin kemenangan 52 berbanding 48 suara untuk “Brexiters”.
Sementara itu, politisi Nigel Farage membanggakan tentang manfaat populisme dalam satu pidatonya sambil memegang bendera Inggris.
Ia menggambarkan iklim politik global saat ini sebagai “globalisme melawan populisme”. “Anda mungkin membenci populisme, tetapi saya katakan populisme itu menjadi sangat populer, ” katanya seperti dikutip Aljazeera.com, Kamis (30/1/2020).
“Jadi, tidak ada lagi kontribusi keuangan, tidak ada lagi Pengadilan Eropa, tidak ada lagi kebijakan perikanan bersama, tidak ada lagi yang dipermasalahkan, tidak ada lagi yang diganggu,” ungkapnya.
Tanggapan dari anggota parlemen yang menyatakan harapan bahwa Inggris suatu hari akan kembali ke Uni Eropa, dia berkata: “Begitu kita pergi, kita tidak akan pernah kembali.”
Lalu, dia menambahkan, “Apa yang telah kami buktikan adalah bahwa Inggris terlalu besar untuk digertak, syukurlah.”
“Kami tidak membutuhkan Komisi Eropa, kami tidak membutuhkan Pengadilan Eropa, kami tidak membutuhkan lembaga Uni Eropa,” ujarnya. Menurutnya, dia mencintai Eropa, hanya membenci Uni Eropa.[fat]