Aksi Demonstrasi Anti-Pemerintah Meluas, Hong Kong Semakin Tak Menentu

Indonesiaplus.id – Kemarin, situasi Hong Kong semakin tidak menentu, dimana ratusan ribu demonstran anti-pemerintah kemarin bergabung dalam demonstrasi massal.
Kendati diguyur hujan deras melanda demonstrasi yang telah berlangsung hingga pekan ke-11 dan mengganggu pusat keuangan Asia itu, para demonstran tetap melanjutkan aksi mereka.
Pada akhir pekan itu, aksi demontrasi menunjukkan dukungan yang masih kuat di Hong Kong. Aksi demonstrasi diwarnai ketegangan ketika ribuan demonstran menduduki bandara internasional di kota tersebut.
Tak pelak, banyak aktivis meminta maaf atas tindakan tersebut karena mengganggu ribuan penumpang pesawat. Tidak ada konfrontasi dengan aparat kepolisian dalam demonstrasi kemarin.
Petugas kepolisian bersiaga penuh di berbagai distrik bisnis. “Mereka mengatakan kepada semua orang bahwa kita adalah perusuh. Demo kali ini akan menunjukkan bahwa kita bukan perusuh,” kata Chris, demonstran berusia 23 tahun, yang bekerja sebagai staf marketing.
Dilansir kantor berita Reuters, “Tidak berarti kita tidak akan berjuang. Kita akan melakukan apa pun untuk menang, tapi kali ini kita istirahat,” paparnya.
Berawal dari perlawanan warga terhadap upaya Pemerintah Hong Kong mengizinkan pelaku kriminal diekstradisi ke China. Aksi berlangsung sejak Juni dikarenakan kekhawatiran warga atas berkurangnya jaminan kebebasan di bawah sistem “satu negara, dua sistem”.
Demonstran tetap berteriak “Bebaskan Hong Kong!” dan “Demokrasi Sekarang!” Mereka juga memakai payung karena hujan. Selain anak muda, banyak orang tua yang mengajak anak-anaknya ikut berdemonstrasi. Kini para demonstran juga menuntut pengunduran diri Carrie Lam, pemimpin eksekutif Hong Kong yang dikenal pro-China.
Lam menyebut para demonstran sebagai perusuh. Para pengunjuk rasa meminta penyelidikan independen untuk mengusut penanganan aksi demonstrasi dan reformasi politik.
“Ketika kita muda, kita tidak berpikir mengenai hal itu. Tapi anak saya mengungkapkan setelah 2047, apa yang terjadi kepada saya?” kata Poon, seorang guru sejarah yang ikut demonstrasi.
Pada 2047 merupakan masa di mana kesepakatan sistem pemisahan Hong Kong akan berakhir. “Saya akan terus berdemonstrasi. Kita tidak mengetahui bagaimana ini akan berakhir. Kita masih berjuang,” jelasnya.
Sementara itu, polisi Hong Kong dikritik tajam karena bertindak agresif terhadap para demonstran. Terlebih seorang petugas medis tertembak gas air mata pada penglihatannya sehingga menjadi simbol perjuangan.
Beredar kabar pasukan keamanan China sedang membangun kekuatan di Shenzhen, wilayah China daratan yang paling dekat dengan Hong Kong. Ribuan polisi bersenjata ditempatkan di perbatasan Shenzhen.
Sebelumnya, Beijing menyamakan demonstran dengan teroris. Itu juga diungkapkan ketika para demonstran melumpuhkan bandara Hong Kong.
Menurut para pengamat pernyataan China itu sebagai bentuk Beijing telah kehilangan kesabaran dengan demonstran. Sinyal intervensi Beijing kepada Hong Kong pun semakin santer dengan akan dikirimnya bantuan dari China ke Hong Kong dibantah oleh seorang perwira senior kepolisian Hong Kong.
Jika intervensi terjadi, Hong Kong akan berada di wilayah yang benar-benar baru. Dia juga menegaskan, kepolisian Hong Kong tidak pernah bekerja sama dengan kepolisian China.
“Kebijakan intervensi takkan terjadi, ” kata petinggi kepolisian yang tidak mau disebutkan namanya. “Kepolisian Hong Kong mampu menangani krisis demonstrasi saat ini,” katanya seperti dilansir BBC.
Spekulasi di media sosial ada sejumlah polisi China yang ditugasi di Kepolisian Hong Kong sama sekali tidak benar. Sebelumnya Duta Besar China untuk Inggris, Liu Xiaoming, mengingatkan bahwa Beijing bisa menghentikan semua kerusuhan di Hong Kong dengan cepat. “Kekuatan asing memicu terjadinya unjuk rasa di Hong Kong,” tudingnya.[fat]