ECONOMY

Penerbangan Turun hingga 15%, Imbas dari Tiket Pesawat Mahal

Rabu, 15 Mei 2019

Indonesiaplus.id – Terjadi penurunan frekuensi penerbangan sebesar 15% sejak Desember 2018 hingga saat ini atau sejak fenomena tiket mahal.

“Jika ada penurunannya jelas ada. Kami mencatat di Soekarno-hatta yang biasanya 1.000-1.100 penerbangan  per hari untuk saat ini turun sekitar 15%,” ujar Direktur Utama Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia atau Airnav Indonesia Novie Riyanto di Jakarta, Rabu (15/5/2019).

Itu sudah termasuk penerbangan domestik dan internasional. Menurutnya, perlu dilakukan analisa lebih lanjut  apakah penurunan disebabkan hanya karena tiket mahal. Pasalnya, periode tersebut bertepatan musim sepi atau low season.

“Pada saat kemarin puasa pertama itu agak naik lagi 1.000 lebih per hari, kemudian karena minggu pertama dan kedua ini low season ya sekitar 850 per hari,” ujarnya.

Pihaknya berharap pada minggu ketiga sudah bisa meningkat lagi karena mulai kegiatan mudik. Namun tidak menampik di rute-rute tertentu, sudah difasilitasi dengan moda darat saat ini, seperti Jakarta Surabaya, Jakarta-Semarang, dan Jakarta-Denpasar.

“Jadi ada sekarang sebagian menggunakan mobil. Mobil ini lancar sekali. Jakarta-Semarang itu saya berapa kali naik mobil lumayan lancar lima jam,” tandasnya.

Jika dibandingkan dengan tahun lalu di mana frekuensi penerbangan tidak pernah turun. “Kalau tahun lalu itu enggak pernah turun, tetapi naik terus. Sekarang itu ada penurunan sekitar 15%,” ungkapnya.

PT Angkasa Pura I merasakan penurunan penumpang. BUMN pengelola bandara itu kehilangan 3,5 juta penumpang pada Triwulan I 2019.

“Pada tiga bulan pertama itu Triwulan I, angka penumpang yang kita laporkan sekitar 3,5 juta drop-nya dari 2018,” ucap Direktur Pelayanan dan Pemasaran Angkasa Pura I Devi W Suradji.

Menurut Devi, penyebabnya bukan hanya harga tiket yang mahal, melainkan juga adanya tol, dan banyaknya bencana yang mempengaruhi pola pergerakan penumpang.

Bisa jadi harga tiket mempengaruhi salah satu paling besar, sehingga pindah dari satu tempat ke tempat lain itu traveling, bukan orang bisnis, tapi keluarga yang jalan,” pungkasnya.[sal]

Related Articles

Back to top button