ECONOMY

Greenpeace Minta Pemerintah Mesti Punya Roadmap Jelas Soal Energi

Jumat, 11 Mei 2018

Indonesiaplus.id – LSM lingkungan hidup Greenpeace Indonesia meminta pemerintah memiliki roadmap (peta jalan) yang jelas terhadap kebijakan energi, salah satunya terkait premium.

Menurut juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Bondan Andriyanu, bahwa sudah seharusnya pemerintah menghapus premium, bukan memberi celah bagi masyarakat kembali menggunakan bahan bakar minyak (BBM) beroktan 88 tersebut.

“Dengan kebijakan ini kemunduran, karena hampir semua negara sudah menghapus premium,” ujar Bondan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (11/5/2018).

Sebelumnya, pemarintah mewajibkan setiap SPBU menjual premium, termasuk di Jawa, Madura, dan Bali (Jamali).

Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, Pertamina tidak akan rugi dengan menyediakan premium di seluruh Indonesia.

Lalu caranya Pertamina bisa memberikan tambahan subsidi kepada premium. Juga, agar konsumen premium beralih ke pertalite, Pertamina bisa memberikan undian berhadiah bagi setiap pengguna Pertalite.

Menurut Bondan kebijakan tersebut akan berdampak negatif. Karena tidak hanya merusak mesin kendaraan bermotor, namun juga semakin memperburuk kondisi udara.

Untuk mesin kendaraan bermotor misalnya, menurut Bondan, hampir seluruh produk industri otomotif diperuntukkan bagi BBM dengan RON tinggi, yaitu seri pertamax atau setidaknya pertalite.

Namun, jika dipaksa menggunakan premium, tentu akan mengakibatkan pembakaran tidak sempurna dan merusak mesin kendaraan. Hasil pembakaran yang tidak sempurna tersebut akan menghasilkan emisi karbon yang memperburuk kualitas udara.

Tentu saja mengkhawatirkan, apalagi Jakarta sudah berada pada sepuluh besar kota dengan udara terburuk di dunia.

“Itu sebabnya, penghapusan premium tidak bisa ditawar lagi. Pemerintah seharusnya memiliki roadmap yang jelas tentang kebijakan energi,” tandasnya.

Sementara itu, pengamat kebijakan publik Agus Pambagio menambahkan bahwa kewajiban distribusi premium di Jamali memang mengherankan. Karena berbeda dengan luar wilayah tersebut, konsumen di Jamali pada umumnya sudah mampu membeli BBM berkualitas.

Pada konteks itu Agus menduga, kebijakan tersebut sangat kental dengan muatan politis. Terlebih, 2018 akan dilaksanakan Pilkada serentak dan pada 2019 akan dilaksanakan Pileg dan Pilpres.[Sal]

Related Articles

Back to top button