TECHNOLOGY

Ilmuwan Chil Riset Bakteri Pemakan Logam dan Mampu Bersihkan Limbah

Indonesiaplus.id – Dalam kondisi ekstrem sebuah mikroorganisme kelaparan mampu bertahan berhasil “menghabiskan” paku hanya dalam waktu tiga hari.

Seorang ilmuwan asal Chili, Nadac Reales tengah melakukan serangkaian uji coba terhadap bakteri “pemakan logam” ini di laboratoriumnya di Antofagasta, sebelah utara Kota Santiago.

Ahli bioteknologi ini melakukan tes pada ekstrofil, atau organisme yang hidup di lingkungan ekstrem. Reales berharap dapat membantu membersihkan limbah industri pertambangan yang membuat negaranya sangat berpolusi.

“Jadi, saya menyadari bahwa ada berbagai kebutuhan di industri pertambangan seperti limbah logam,” ujar Nadac Reales dikutip dari AFP, Sabtu (9/10/2021).

Nadac Reales mengatakan, bahwa ide gila ini muncul saat dirinya masih menimba ilmu di universitas. Ketika itu Reales melakukan tes di pabrik pertambangan menggunakan mikroorganisme untuk meningkatkan ekstraksi tembaga.

Terdapat beberapa logam saat ini yang sudah dapat didaur ulang di pabrik peleburan. Hanya saja untuk beberapa jenis logam lainnya seperti limbah gerbong truk HGV, tidak dapat didaur ulang.

Damapknya, menurut Reales banyak limbah logam sering dibuang di gurun Atacama, Chili, yang berlokasi dekat sebagian besar industri pertambangan.

Diketahui Chili merupakan produsen tembaga terbesar di dunia, yang menyumbang hingga 15 persen dari PDB negara itu. Dampaknya, negara itu menghasilkan banyak limbah pertambangan yang mencemari lingkungan.

Selain itu, Reales menjalankan perusahaan Rudanac Biotec, dalam penelitiannya berkonsentrasi pada bakteri pengoksidasi besi yang disebut Leptospirillum.

Ia mengekstrak bakteri dari geyser (sumber air panas) Tatio yang terletak 4.200 meter di atas permukaan laut, sekitar 350 kilometer dari Antofagasta.

“Bakteri hidup di lingkungan asam praktis tidak terpengaruh oleh konsentrasi yang relatif tinggi dari sebagian besar logam,” katanya.

Pada awalnya bakteri membutuhkan waktu dua bulan menghancurkan paku. Akan tetapi, ia mengatakan, ketika kelaparan mereka harus beradaptasi dan menemukan cara untuk memberi makan diri mereka sendiri.

Namun, usai dua tahun percobaan, ia bisa meningkatkan kecepatan “makan” bakteri tersebut sehingga bakteri tersebut dapat melahap paku hanya dalam waktu tiga hari.

Menurut Reales bahwa “tes kimia dan mikrobiologis” telah membuktikan bakteri tidak berbahaya bagi manusia atau lingkungan.

“Kami selalu melihat banyak potensi dalam proyek yang lulus ujian penting di laboratorium ini,” tutur Drina Vejar, ahli mikrobiologi yang merupakan anggota dari tim beranggotakan empat orang. Tim itu bekerja dengan Reales.

“Hal Ini benar-benar diperlukan saat ini ketika kita harus merencanakan pembangunan lebih berkelanjutan, terutama di semua kota, ketika begitu banyak industri yang menyumbang polusi,” terangnya.

Sejumlah perusahaan pertambangan menunjukkan minat dalam penelitian ini. Termasuk, perusahaan Rudanac Biotec saat ini membutuhkan sejumlah investasi lanjutan untuk melanjutkan ke tahap uji coba berikutnya.

Reales mengatakan dia membutuhkan dana investasi untuk melihat apakah bakteri yang dikembangkannya bisa”memakan balok berukuran sedang atau hopper” atau tidak.

Ketika proses disintegrasi logam selesai, maka yang nantinya tersisa adalah residu cairan kemerahan atau dikenal sebagai lixiviant yang memiliki kualitas yang mengejutkan.

Residu cair ini dapat digunakan untuk mengekstraksi tembaga dari batu dengan cara yang lebih berkelanjutan daripada penggunaan bahan kimia saat ini dalam pelindian.

“Usai bio disintegrasi produk yang dihasilkan (cairan) dapat meningkatkan pemulihan tembaga dalam proses yang disebut hidrometalurgi,” katanya.

Bagi Reales bahwa hal ini sangat berarti bagi penambangan hijau “benar-benar layak.” Bahkan, baru-baru ini, Reales telah mengajukan permintaan paten internasional untuk teknologinya.

Ia berharap penemuan ini akan membantu mengurangi limbah logam yang mencemari wilayah pertambangan di negaranya.[nan]

Related Articles

Back to top button