HUMANITIES

Tolak Paham Radikal, Mensos: Praktisi Pekerja Sosial Harus Jaga NKRI

Indonesiaplus.id – Tantangan lain dari Pekerja Sosial (Peksos) adalah globalisasi, yaitu masuknya nilai-nilai dan ideologi yang bertentangan dengan visi kesatuan dan nilai kesetiakawanan sosial yang dijunjung tinggi oleh segenap bangsa Indonesia.

“Globalisasi telah memunculkan politik identitas dan melahirkan berbagai gerakan identitas kolektif dan fundamentalisme yang menjadi habitat bagi persemaian paham intoleransi, radikalisme, serta ekstremisme, ” ujar Mensos Agus Gumiwang Kartasasmita dalam sambutannya yang dibacakan oleh Direktur Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Dr Marjuki di hadapan Sidang Terbuka Senat di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) ITB, Bandung, Selasa (15/10/2019).

Memang, kata Mensos, ekspresi mereka tidak menggunakan tindakan kekerasan tetapi tetap mengarah pada intoleransi. Juga, menguatnya organisasi radikal yang ditandai dengan banyaknya kasus diskriminasi dan kekerasan terhadap minoritas.

“Tingatkatan tertinggi dari berkembangnya gerakan radikal berbentuk aksi-aksi terorisme menjadi momok bagi bangsa ini. Ingat, bahwa pertumbuhan pesat gerakan sosial yang mengusung berbagai paham dan ideologi intoleran bukan sekedar fenomena biasa, ” katanya.

Menghadapi aksi intoleran yang terjadi di banyak negara merupakan bentuk dari upaya menghidupkan ikatan ideologis dan primordial yang terbingkai dalam imajinasi tentang negara alternatif.

Jika hal itu dibiarkan bukan tidak mungkin NKRI akan terjebak ke dalam situasi konflik ideologis yang berlarut-larut dan terjerumus sebagai negara gagal atau failed states.

“Fakta di depan mata seperti kondisi di Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika saat ini. Di mana, kelompok yang menamakan diri ISIS tealh menghancurkan struktur sosial, politik, dan ekonomi negara-negara di kawasan itu, ” ungkapnya.

Kehadiran paham fundamentalisme, intolerasi, dan radikalisme telah mengancam untuk menjaga integrasi sosial di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk. Maka, menjadi ironi jika ada praktisi peksos memiliki pandangan, turut aktif menyebarluaskan atau terlibat dan merestui paham yang kontraproduktif dengan upaya integrasi sosial.

“Upaya integrasi sosial sepatutnya menjadi perhatian praktisi peksos, sebab tugas peksos bekerja di dalam masyarakat yang beragam. Tentu dengan basis klien peksos terdiri dari individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan berbagai latar belakang agama, suku, dan budaya, ” tandasnya.

Sudah selayaknya praktisi peksos memiliki kompetensi kultural dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat. Kompetensi kultural adalah kemampuan memahami nilai dan budaya yang ada di tengah masyarakat untuk mengoptimalkan pelayanan dan mengeliminasi nilai atau paham bisa mengganggu proses integrasi sosial dan tegaknya NKRI.[mor]

Related Articles

Back to top button