Mendikbud Luncurkan 10 Buku Karya Lengkap Bung Hatta

Selasa, 13 November 2018
Indonesiaplus.id – Sebanyak 10 Seri Buku Karya Lengkap Bung Hatta diluncurkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, bersama keluarga Bung Hatta.
Ke-10 seri buku tersebut merupakan kumpulan dari 800 karya Bung Hatta sebagai Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia.
Bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini menjadi apresiasi atas kerja keras dari rof. Dr. Emil Salim selaku Ketua Pengurus bersama Perhimpunan Indonesia untuk Pembinaan Pengetahuan Ekonomi dan Sosial (Bineksos) bersama Tim LP3ES.
Peluncuran Buku ini dikemas dalam rangkaian acara yang ditutup dengan acara Talkshow.
Peluncuran dan talkshow buku Karya Lengkap Bung Hatta (KLBH) dihadiri lebih dari 250 undangan dari unsur pemerintah, BUMN, perguruan tinggi, LSM, pustakawan, guru-guru SMU, pelaku usaha, koperasi, serta media.
Ditayangkan audio-visual tentang figur Bung Hatta dan karya-karya tulisnya, pihak Penerbit LP3ES menyerahkan buku KLBH kepada Menteri Pendikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dan Meutia Hatta-Swasono (putri Bung Hatta).
Juga kepada Rektor Universitas Bung Hatta (Padang), Ketua Yayasan Proklamator Bung Hatta, Ketua Asosiasi Perpustakaan Indonesia, Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI) dan Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Y.
Muhadjir menyampaikan rasa syukur dan gembira atas ketekunan dan kegigihan Penerbit LP3ES yang telah berjuang selama bertahun-tahun dan berhasil menerbitkan 6 dari 10 seri buku kepada masyarakat mulai hari ini.
Sehingga kehadiran 4 buku berikutnya mudah-mudahan bisa segera terbit dalam waktu yang tak terlalu lama lagi.
Buku tersebut penting dan bermanfaat, karena nilai historis sebagai hasil karya dari Proklamator Kemerdekaan dan Pendiri Bangsa Indonesia.
Termasuk karena gagasan, wawasan, pemikiran Bung Hatta sebagai seorang intelektual, negarawan dan sarjana ekonomi masih sangat relevan dengan tantangan pembangunan Indonesia saat ini maupun di masa depan.
“Gagasan Ekonomi Bung Hatta bisa dijadikan aliran Ekonomi Hattaisme, karena Kekahasannya dalam pemikiran di bidang ekonomi. Layaknya Mazhab dalam Fiqh Islam, seperit Syafii maupun Hanafi, “ tandasnya.
Semoga langkah awal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini bisa mengisi kekosongan dan kesenjangan pengetahuan serta bahan rujukan mengenai Pancasila dan literatur sejarah bangsa ini yang akan diikuti langkah-langkah selanjutnya.
“Bisa membantu masyarakat khususnya generasi muda agar mengakses buku dan bahan informasi, memahami isi dan pesannya, serta membahas makna yang terkandung dalam buku secara kritis, terbuka dalam wacana dan forum publik secara berkelanjutan, ” pesan Muhadjir.[mor]