HUMANITIES

Asa Terkembang dari Dusun Alue Kenyaran*

Indonesiaplus.id – Hidup merupakan pilihan sadar bagi setiap orang. Di mana, setiap pilihan itu ada konsekuensi yang harus ditanggung, termasuk tinggal di daerah terpencil yang jauh dari sentuhan kehidupan modern.

Saat pertama kali menginjakan kaki di Dusun Alue Kenyaran, waktu menunjukkan pukul setengah enam sore dengan cuaca tidak terlalu mendung di lokasi Komunitas Adat Terpencil (KAT), yang termasuk suku Gayo.

Alue Kenyaran sendiri adalah satu dari tiga dusun di Desa Bukit Seuleumak, Kecamatan Birem Bayeun, Kabupaten Aceh Timur, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).

Warga KAT menyambut kedatangan saya dengan ramah. Terlebih, bertepatan saat malam Jumat yang biasa digunakan oleh warga KAT untuk menggelar acara wiridan atau dlail-khairat, khususnya bagi para bapak.

Usai pengajian digelar, ada acara perkenalan yang dihadiri oleh Keuchik atau Kepala Desa Bukit Seuleumak beserta istri dan anaknya. “Malam yang bermakna, bukan karena disuguhi semangkuk bubur kacang hijau.”

Dari cerita warga, di sini masih ada sisa-sisa konflik tahun 2000 yang menjadi saksi kepergian sebuah keluarga oleh lima timah panas, dan mengenai lima warga asli Alue Kenyaran tapi kini sudah kembali dan menetap di kampung asalnya. “Puiih….sudahlah. Itu masa lalu, saatnya menatap masa depan yang lebih baik.”

Perjuangan agar bisa sampai di dusun itu lumayan bermandi keringat, berjarak 25 km dari kecamatan dengan waktu tempuh 1 jam. Dusun ini dikategorikan tertinggal dan terpencil, selain karena jarak dan medan yang harus dilalui cukup ekstrem.

Terlebih, pada musim hujan bisa dipastikan jalanan sangat licin dan terkadang tidak bisa dilewati, sehingga menunggu kering. Seiring dengan proses pembangunan lokasi ini pun mendapatkan perhatian pemerintah setempat.

Saat ini, warga KAT sudah mendapatkan program bantuan rumah dari Kementrian Sosial (Kemensos) yang bersinergi dengan Dinas Sosial Provinsi Aceh dan Dinas Sosial Kabupaten Aceh Timur, untuk melaksanakan Perpres No.186 Tahun 2014 tentang pemberdayaan sosial terhadap KAT.

Pada awal Januari 2019 lalu, pembangunan rumah KAT rampung dan mereka dipersilakan mendiami rumah baru. Tercatat ada 30 rumah siap huni dengan kondisi semi permanen dengan 30 KK dengan 115 jiwa.

“Kendati masih terbatas, seperti belum ada fasilitas Mandi, Cuci, Kaskus (MCK) dan dapur. Namun warga sudah sangat bersyukur dan berterima kasih kepada program dari Kemensos, khususnya untuk bantuan rumah.”

Selama delapan bulan banyak kegiatan sosial yang telah dilakukan, yaitu melakukan pendampingan dan berkoordinasi dengan dinas-dinas di Kabupaten Aceh Timur, menyampaikan keberadaan KAT, program pemberdayaan KAT. “Juga, terkait tugas dan pendampingan saya serta masalah kebutuhan di lokasi KAT.”

Tak kalah penting, turut mendampingi pengurusan identitas, seperti KTP, KK dan Akta Kelahiran serta sosialisasi pentingnya memiliki identitas sebagai warga negara Indonesia (WNI), agar anak-anak mereka bisa mendapatkan hak-hak normatifnya.

Untuk literasi anak warga KAT, dilakukan koordinasi dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Peureulak, mahasiswa BEM Unsam yang datang langsung ke lokasi KAT, serta menggelar kegiatan satu hari Bina Desa.

“Tak ketinggalan, juga ada pengkaderan perpustakaan dan kegiatan belajar-mengajar bersama anak-anak warga KAT.”

Dengan menggandeng Lembaga Amil Zakat Nasional Banda Aceh, pun dilakukan donasi peralatan sekolah, seperti pakaian, tas dan alat tulis, melalui program Patungan untuk Berbagi, donasi bertajuk digital yang disponsori oleh e-commerce, aplikasi uang, transporasi daring ternama tanah air, serta Rumah Yatim.

Sebagai upaya meningkatan pemahaman keagamaan, yaitu menghidupan kegiatan meunasah. Jarak meunasah ke lokasi KAT sekitar 2 km dan pada bulan Ramadhan digelar salat taraweh dan tadarus bersama di balai pertemuan warga. Usai Ramadhan berkah dilanjutkan dengan kegiatan lomba membaca al-Quran.

“Hasil musyawarah warga menyepakati untuk menghidupan meunasah, pengusulan muadzin, pembuatan kotak infak, pembuatan pagar, serta pemberian buku tuntunan salat, juz amma dan Al-Quran.”

Di bidang kesehatan dilakukan dengan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan, berupa pemeriksaan kesehatan (gula, asam urat dan tensi) di lokasi KAT oleh Bidan Desa Bukit Seuleumak, pembagian obat-obatan gratis, sosialisasi kebersiahan kuku dan kutu, serta senam lanjut usia (lansia) beserta kader-kader puskesmas.

Pendamping sosial KAT ikut di kegiatan Posyandu Balita. Kemudian ada kegiatan pengembangan keterampilan, pembuatan dan pemasaran tas dari mulut aqua bekas dan tali kur, anyaman tikar dari pandan berduri.

“Berbagai kegiatan di lokasi KAT tersebut, yang terkait keterampilan tersebut, sudah menginformasikan ke Dinas Perindustrian Kabupten dan ada rencana akan diadakan survei lokasi pada tahun 2020.”

Kegiatan lainnya, seperti sosialisasi buang sampah, usaha kecil-kecailan oleh ibu-Ibu warga KAT seperti pembuatan keripik disesuaikan dengan tanaman yang ada di ladang, pembersihan dan pelebaran sumur, penanaman bunga dan sayuran di tanah yang kosong.

Pada umumnya mata pencahairan warga KAT adalah petani tradisional, seperti menanam padi dan sayuran, memancing ikan. Adapun ibu-ibunya mengupas pinang dalam setahun satu periode dengan upah Rp1000 per kg.

Bagi para bapaknya menyadap (menderes dalam istilah Gayo) pohon karet, semua hasilnya rata-rata dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan hidup warga. Tak heran, tradisi dan adat masih dipegang erat oleh mayoritas suku Gayo.

“Ritual adat selalu dimulai setiap acara pernikahan, turun tanah, khitanan dan buka ladang. Tak ketinggalan kesenian masih tetap dilestarikan, seperti tarian Khas Gayo, tari Saman untuk kaum laki-laki, tari Bines untuk perempuan, konon bisa menambah semangat dan antusias warga setiap kali pertunjukan digelar.”

Selain bantuan rumah, warga KAT juga menerima bantuan Jaminan hidup (Jadup) alat-alat pertanian dan bibit pertanian, alat-alat rumah tangga, perlengkapan ibadah, serta dana stimulus membuka usaha Rp 20 juta dari program Usaha Ekonomi Produktif (UEP).

Penyuluhan budidaya jagung, melalui pembentukan Kelompok Tani Dusun Alue Kenyaran, yang diberi nama “KAT Mulya Metuah Miko”. Selama proses pendampingan, wargasudah menerima penyuluhan dari Badan Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Birem Bayeun dengan berinteraksi langsung dengan warga.

Untuk penyuluhan pertanian dikhususkan bagimana cara penanaman, pembubunan, pemupukan dan penanganan hama jagung yang dihadiri oleh Kepala BPP dan tiga staff BPP Kecamatan Birem Bayeun, serta petugas Babinsa.

Kurang lebih empat bulan, warga sudah memanen perdana jagung. Mulai dari proses penjemuran, perontokan menggunakan mesin pemipil, lalu penjemuran akhir sebelum akhirnya dikemas dalam karung sebagai pakan ternak. Hasil jerih payah warga KAT pun sudah bisa dinikmati, kendati belum terasa maksimal.

Warga KAT berharap seiring mengalirnya berbagai bantuan bisa memandirikan dan meningkatkan ekonomi, sehingga pemenuhan kebutuhan dasar bisa terpenuhi dengan baik. Juga, berharap agar penyuluhan dan bantuan modal awal usaha terus dikembangkan untuk meningkatkan produksi jagung.

Lia Apriolita Dl, Pendamping Sosial Komunitas Adat Terpencil (KAT) dari Kementerian Sosial RI, pada Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial.[mor]

Related Articles

Back to top button