Tahan Navalny dan Usir 3 Diplomat, UE Siap Balas Rusia dengan Sanksi
Indonesiaplus.id – Menanggapi penahanan Alexei Navalny dan pengusiran tiga diplomat, Kepala Kebijakan Uni Eropa Josep Borrell mengatakan bahwa 27 negara Uni Eropa harus bertindak secara tegas terhadap Rusia.
Seperti dikutip DW Indonesia, Rabu (10/2/2021), Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell akan mengajukan proposal sanksi terhadap Rusia. Rencana itu akan disampaikannya dalam pertemuan seluruh menteri luar negeri EU pada 22 Februari mendatang.
“27 negara anggota EU akan memutuskan langkah selanjutnya. Hal ini bisa termasuk sanksi dan saya akan mengajukan proposal konkret, menggunakan hak inisiatif yang dimiliki perwakilan tinggi,” ucap Borrell kepada anggota parlemen Uni Eropa.
Namun Borrell tidak merinci detail proposalnya. Perlawanan harus mencakup penggabungan tindakan yang kuat terhadap disinformasi, serangan siber, dan kemungkinan tantangan hybrid lainnya.
Negara Jerman, Polandia, dan Swedia pada Senin (8/2/2021) telah mengusir seorang pegawai kedutaan Rusia di masing-masing negara mereka. Aksi tersebut merupakan tindakan balas dendam yang terkoordinasi terhadap pengusiran diplomat Jerman, Polandia, dan Swedia oleh Rusia pada pekan lalu.
Menurut Kementerian Luar Negeri Jerman keputusan Rusia mengusir diplomat sejumlah negara tidak dapat dibenarkan dengan cara apa pun.
“Kementerian Luar Negeri menyatakan ‘persona non grata’ kepada pegawai kedutaan Rusia di Berlin,” bunyi pernyataan Kemenlu Jerman.
Pada Jumat (5/2/2021), tindakan Moskow mengusir para diplomat EU menjadi tamparan ekstra bagi Uni Eropa karena terjadi saat Borrell bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.
Bahkan, Borrell mengaku mengetahui pengusiran tersebut dari media sosial. Ia mengatakan, salah satu tujuan kunjungannya adalah untuk menguji apakah pihak berwenang Rusia tertarik pada upaya serius untuk memulihkan kerusakan hubungan.
“Namun, jawabannya sudah jelas tidak. Rusia telah mencoba untuk memecah belah kita,” tandas Borrell memperingatkan.
Sementara itu, Dacian Ciolos, pemimpin kelompok parlemen Renew Europe yang berhaluan tengah, mengatakan kunjungan Borrell merupakan “kesalahan serius” yang telah merusak kredibilitas Uni Eropa.
“Hal itu merupakan tindakan simbolis yang gagal dan akhirnya menjadi bumerang,” kritik Ciolos.
Menurut kelompok politik Ciolos bersama beberapa negara anggota UE telah menyarankan Borrell agar tidak melakukan kunjungan tersebut.
Jelang debat pada Selasa (9/2/2021), sekelompok anggota parlemen pun meminta Borrell untuk mengundurkan diri setelah misi diplomatik yang dinilai “memalukan” itu.
Pejabat terkemuka Uni Eropa seharusnya membalas Lavrov yang berbicara tentang arogansi Uni Eropa atas kasus Navalny dan mengakhiri perjalanannya segera usai Borrell mengetahui pengusiran para diplomat itu.
“Jadi, Tuan Borrell berulang kali gagal membela kepentingan Uni Eropa,” bunyi surat kepada Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen yang dibacakan oleh lebih dari 80 anggota parlemen Uni Eropa.[mar]