Peringatan 75 Tahun Bom Hiroshima Dihadiri Secara Terbatas

Indonesiaplus.id – Peringatan 75 tahun serangan bom atom pertama di dunia di Kota Hiroshima digelar pada Kamis (6/8/2020).
Namun, tahun ini peringatan untuk mengenang korban bom atom tidak terlalu besar karena sedang berjangkitnya pandemi virus korona.
Hanya penyintas, keluarga serta segelintir pejabat asing yang hadir untuk berdoa pada korban dan menyerukan perdamaian di dunia.
Kehadiran publik dibatasi dan mereka diminta untuk menyaksikan upacara lewat siaran langsung secara daring. Tepat pukul 8.15 pagi, para hadirin semuanya mengheningkan cipta.
Tercatat, serangan bom atom di Hiroshima membunuh sekitar 140 ribu jiwa. Tiga hari usai serangan di Hiroshima, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Kota Nagasaki dan serangan ini menewaskan 74 ribu jiwa.
Pengakuan dari seorang penyintas Keiko Ogura, 83 tahun, bulan lalu berkata pada awak media ketakutan atas pandemi virus korona yang terjadi saat ini pernah ia rasakan saat peristiwa ledakan bom Hiroshima.
“Ingat saya pernah merasakan ketakutan itu setelah ledakan bom dan tak ada satu orang pun yang luput dari ketakutan itu,” kenang Ogura sembari menyerukan warga di seluruh dunia untuk secara bersama-sama melawan tantangan yang sama.
“Jadi, apakah virus korona atau senjata nuklir, cara untuk melawannya yaitu melalui solidaritas diantara umat manusia,” katanya.
Pasca upacara digelar, Wali Kota Hiroshima, Kazumi Matsui, berpidato yang isinya menentang soal nasionalisme sempit yang memicu terjadinya Perang Dunia II. Tak hanya itu, ia menyerukan pada masyarakat dunia agar secara bersama-sama menghadapi ancaman-ancaman global seperti pandemi virus korona.
“Kita tidak boleh membiarkan penderitaan di masa lalu terulang kembali. bagi warga sipil harus menolak nasionalisme yang sempit dan bersatu melawan semua ancaman,” ungkap Matsui.
Matsui mengatakan Jepang mempunyai peran unik untuk turut membantu mengakhiri penggunaan senjata pemusnah massal.
“Sebagai satu-satunya negara mengalami serangan nuklir, Jepang harus membujuk masyarakat internasional untuk bersatu dengan semangat Hiroshima. Saya meminta pemerintah Jepang memenuhi permintaan korban bom nuklir untuk meneken dan menjadi mitra Perjanjian Larangan Senjata Nuklir (TPNW 2017),” katanya.
Pernyataan Matsui mewakili pandangan miring dari para penyintas bom Hiroshima dan Nagasaki yang mencurigai sikap mendua pemerintah Jepang saat ini karena meski memiliki konstitusi pasifis dan menolak senjata atom, Tokyo tidak meratifikasi perjanjian antinuklir.
Sambutan peringatan bom Hiroshima juga disampaikan juga oleh Perdana Menteri Shinzo Abe. Sebelumnya ia menuai kritik atas upayanya untuk memulihkan pasal-pasal pasifis yang tercantum dalam konstitusi Jepang.
PM Abe berjanji dengan sepenuh jiwa untuk merealisasikan dunia tanpa persenjataan nuklir dan perdamaian yang abadi.
Sekjen PBB, Antonio Guterres berpidato yang disiarkan lewat pesan video mewanti-wanti terkait bahaya persenjataan nuklir.
“Satu-satunya cara untuk menghilangkan risiko nuklir secara keseluruhan yaitu dengan menghilangkan seluruh persenjataan nuklir,” tandas Guterres.[fat]