Pasca Pemilihan Presiden, Putin Diprediksi Pimpin Rusia Kembali
Senin, 19 Maret 2018
Indonesiaplus.id – Pada Minggu (18/3/2018), jutaan warga Rusia yang telah memiliki hak pilih mendatangi tempat pemungutan suara untuk menggunakan hak pilihnya memilih calon presiden negara adidaya tersebut.
Dilaporkan AFP, proses pemungutan suara dilakukan dari provinsi kawasan Timur Jauh sekitar pukul 8.00 waktu setempat, Sabtu (17/3/2018) atau pukul 03.00 WIB, Minggu (18/3/2018). Pemungutan suara paling terakhir ditutup 22 jam kemudian di kawasan paling barat Rusia di Kaliningrad, Minggu petang atau pukul 00.00 WIB, Senin (19/3/2018).
Penantang utama Putin, Alexei Navalny telah dilarang mengambil bagian dalam poling karena alasan hukum. Hasil pemilihan tidak diragukan lagi, dengan keseluruhan pemilih kemungkinan hanya memberikan satu-satunya unsur kejutan.
Berdasarkan perhitungan analis politik disebutkan Putin akan memimpin Rusia kembali. Sebanyak 107 juta warga Rusia berhak memberikan suara dalam pemilihan hari Minggu. Namun, beberapa analis mengatakan setelah 18 tahun kepemimpinan—baik sebagai presiden dan perdana menteri—Putin seperti sosok yang kelelahan. Banyak pemilih muda yang menghendaki figur baru memimpin Rusia.
Kremlin membutuhkan jumlah pemilih yang tinggi guna memperoleh legitimasi besar terhadap mandat baru untuk Putin yang sudah menjadi pemimpin terpanas Rusia sejak Joseph Stalin.
“Pada pukul 07.00 GMT, pemilih mencapai 16,55 persen, dibandingkan dengan 6,53 persen pada jam yang sama pada pemungutan suara tahun 2012,” kata Kepala Komisi Pemilihan Umum Rusia, Ella Pamfilova.
Banyak yang memberikan suara untuk Putin, memujinya karena telah mengangkat negara itu dari rawa-rawa pasca-Soviet. “Tentu saja saya untuk Putin, dia pemimpin,” kata Olga Matyunina (65), seorang ekonom dan pensiunan.
Di banyak tempat pemungutan suara, suasananya meriah, dengan lagu-lagu patriotik yang meledak dari speaker luar dan makanan murah tersedia bagi para pemilih. Berdasarkan jajak pendapat, Presiden petahana Rusia yang mencalonkan diri untuk keempat kalinya itu diprediksi menang mudah.
Ada tujuh kandidat capres yang menantang Putin dalam pilpres ini. Mereka adalah Insinyur Maxim Suraykin (39) dari Partai Komunis Rusia, presenter televisi Ksenia Sobchak (36) dari Partai Inisiatif Sipil, jutawan Pavel Grudinin (57) dari Partai Komunis Federasi Rusia, pengusaha Boris Titov (57) dari Partai Pertumbuhan, pakar hukum Sergey Baburin (59) dari Partai Persatuan Seluruh Rakyat Rusia (ROS), pakar ekonomi liberal Grigory Yavlinsky (65) dari Yabloko atau Partai Demokratik Bersatu Rusia, dan Vladimir Zhirinovsky (71) dari Partai Liberal Demokratik Rusia (LDPR) yang sudah enam kali menjadi capres.
Berdasarkan data, pemilih di Rusia mencapai 110 juta. Namun, yang mengkhawatirkan tingkat tak mau memilih (golput) yang tinggi sehingga mendelegitimasi pemerintahan mendatang. Salah satu yang jelas-jelas memilih golput adalah warga Krasnodar di Rusia Selatan, Alexei Khvorostov. “Saya tidak melihat ada keuntungan bagi saya untuk pergi ke pemilihan,” ujarnya.
Untuk menarik minat warga dan meminimalisasi golput, berbagai cara dilakukan penyelenggara pemilu. Salah satunya di kawasan Khabarovsk yang berada di pesisir Pasifik Rusia. Penyelenggara pemilu lokal menyuplai sembako dan memberikan diskon 10-30 persen bagi warga yang menggunakan hak pilihnya.
“Dengan melakukan ini kami berharap menarik minat pemilih datang ke tempat pemungutan suara,” ujar Kepala Komite Pemilihan Daerah, Stainkovdn.[Fat]