Macron Ganti Ponsel Usai Diduga Jadi Korban Penyadapan Spyware Pegasus

Indonesiaplus.id – Usai media memberitakan perangkat komunikasi sebelumnya telah disadap oleh perangkat pengintai atau spyware Pegasus besutan Israel. Presiden Prancis, Emmanuel Macron mengganti ponsel dan nomor teleponnya. Perangkat tersebut dikenal mampu menembus sistem keamanan ponsel yang kuat.
Sebelumnya, juru bicara pemerintah Gabriel Attal mengumumkan bahwa protokol keamanan, terutama melibatkan Macron akan disesuaikan mengingat laporan yang dibuat oleh sekelompok jurnalis global memecahkan cerita tentang Pegasus yang konon digunakan oleh beberapa pemerintah untuk memata-matai jurnalis, aktivis hak asasi manusia, advokat, pejabat asing, dan bahkan kepala negara.
Lebih lanjut, Attal mencatat bahwa Macron merespons laporan tentang teleponnya yang disadap “dengan sangat serius”. Terpisah, Perdana Menteri Prancis Jean Castex menyatakan bahwa Macron telah memerintahkan serangkaian penyelidikan atas kasus dugaan penyalahgunaan spyware Pegasus seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (23/7/2021).
Laporan surat kabar Prancis Le Monde menyebut Maroko berada di balik dugaan serangan Pegasus di telepon Macron, mengingat pemerintahnya konon mencoba menyadapnya pada 2017.
Saat itu, Maroko membantah tuduhan itu dengan mengomentari klaim baru tentang penyalahgunaan Pegasus, negara tersebut menuntut agar bukti kuat yang membuktikan pelanggaran diberikan.
Sebenarnya Macron bukan satu-satunya kepala negara masuk dalam daftar 50.000 kemungkinan target spyware. Nomor telepon Presiden Irak Barham Salih, Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, Perdana Menteri Mesir Mostafa Madbouly, Presiden Dewan Eropa Charles Michel, dan banyak lagi politisi juga ditemukan dalam daftar ditemukan secara kolektif oleh jurnalis investigasi.
Perancang spyware, perusahaan Israel NSO Group, mengklaim bahwa alat itu dibuat dan digunakan semata-mata untuk tujuan memata-matai penjahat dan teroris berbahaya. Mereka pun menolak bertanggung jawab atas skandal tersebut dan menyalahkan pihak-pihak yang menggunakan perangkatnya.
“Namun, jika saya adalah produsen mobil dan sekarang Anda mengambil mobil dan Anda mengemudi dalam keadaan mabuk dan Anda menabrak seseorang, Anda tidak pergi ke pabrik mobil, Anda pergi ke pengemudinya,” tandas juru bicara NSO Grup itu.
“Kami mengirimkan sistem ke pemerintah, kami mendapatkan semua akreditasi yang benar dan melakukan semuanya secara legal. Kamu tahu, jika seorang pelanggan memutuskan untuk menyalahgunakan sistem, dia tidak akan menjadi pelanggan lagi,” katanya.
“Juga, selain semua tuduhan dan semua tudingan harus ditujukan kepada pelanggan,” imbuhnya.[mar]