Maaf Carrie Lam Ditolak, Massa Turun ke Jalan Jadi 2 Juta Orang

Senin, 17 Juni 2019
Indonesiaplus.id – Pasca didemo besar-besaran, Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam sudah minta maaf dan menangguhkan rancangan undang-undang (RUU) Ekstradisi China.
Para demonstran menolak permintaan maaf dan massa yang turun ke jalan bertambah banyak sekitar 2 juta orang. Kerumunan massa dalam jumlah besar berkumpul di dekat Victoria Park.
Banyak di antara pendemo mengenakan pita hitam dan putih serta membawa bendera putih untuk menghormati seorang aktivis yang tewas akibat jatuh dari sebuah gedung sambil memegang spanduk.
Dengan tewasnya aktivis itu semakin menyemangati gerakan protes. “Kami membeli bunga putih ini dengan harapan dia bisa beristirahat dengan tenang,” ucap demonstran berusia 23 tahun yang hanya memberikan nama pendeknya, Michael, kepada CNN, Senin (17/6/2019).
Musikal Les Misérables dan lagu protes Hong Kong pada tahun 2014 bermunculan lagi. Orang- orang menyanyikan “Do You Hear The People Sing?”
Seorang jurnalis Australia Hamish Macdonald mem-posting sebuah video yang menunjukkan kerumunan besar di Hong Kong dan mengatakan dia belum pernah melihat demo yang seperti itu sebelumnya.
Namun, para pengunjuk rasa tetap menuntut Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mundur dan RUU Ekstradisi China yang kontroversial ditarik.
“Kepala Eksekutif mengakui pekerjaan pemerintahnya tidak memuaskan, menyebabkan kebingungan dan konflik di masyarakat, dan mengarah pada kekecewaan dan patah hati,” tulis pernyataan resmi yang dikeluarkan otoritas Hong Kong dalam bahasa China.
“Jadi, Kepala Eksekutif ingin meminta maaf kepada warga kota dan terbuka untuk menerima kritik meningkatkan dan memberikan layanan yang lebih baik untuk masyarakat yang lebih luas,” masih menulis pernyataan itu.
Permintaan maaf itu ditolak para demonstran. Mereka tetap turun ke jalan dan menuntut pembebasan para demonstran yang ditangkap.
“Hari ini jauh lebih besar. Semakin banyak orang,” ujar seorang pemrotes yang memberikan nama pendeknya, Wong. “Saya datang hari ini karena apa yang terjadi pada hari Rabu, dengan kekerasan polisi.”
Gegap gempita sorakan keras terdengar ketika para aktivis menyerukan pengunduran diri Lam dan teriakan “mundur” bergema di jalan-jalan. “Permintaan maaf tidak cukup,” kata demonstran lainnya, Victor Li, 19, seperti dikutip Reuters.
Seorang aktivis tewas selama demo adalah seorang pria berusia 35 tahun bermarga Leung. Dia jatuh dari gedung ketika mencoba menggantungkan spanduk politik, Sabtu malam.
Ia dipuji para demonstran sebagai pahlawan. Massa berdatangan dengan meninggalkan bunga dan catatan dekat di dekat tempat dia jatuh, yakni di depan pawai anti-ekstradisi.
Menurut seorang juru bicara kepolisian setempat, bahwa Leung naik ke peron di mal Pacific Place sekitar pukul 21.00 waktu setempat pada hari Sabtu.
Pusat perbelanjaan mewah telah memainkan peran penting dalam protes sebagai tempat peristirahatan karena lokasinya yang dekat dengan kantor-kantor pemerintah dan badan legislatif.
Para petugas polisi dan petugas pemadam kebakaran sudah berusaha membujuknya untuk turun, termasuk dengan menggelembungkan landasan pendaratan besar. Namun, Leung terus memanjat lebih tinggi dengan membawa spanduk sebelum akhirnya jatuh.
Leung tewas tak lama setelah tiba di rumah sakit. Polisi menyatakan kasus tersebut sebagai insiden bunuh diri.[fat]