GLOBAL

Kemlu Taiwan Bantah Kirim Mata-mata untuk untuk Gejolak di China

Indonesiaplus.id – Tuduhan mengirim jaringan mata-mata untuk mengintai China dibantah oleh pemerintah Taiwan dengan menyatakan bahwa tudingan tersebut sebagai upaya untuk mencoreng pemerintahan mereka.

Hal itu disampaikan oleh Perdana Menteri Taiwan, Su Tseng-chang bahwa tuduhan sebagai upaya Beijing mencemarkan nama baik dan menciptakan ketakutan”.

Kepala Urusan Eropa Kementerian Luar Negeri Taiwan, Johnson Chiang, menyebut tuduhan itu sebagai fitnah murni. “Secara faktual, laporan itu tidak benar dan telah “melanggar hak asasi manusia”, kata Chiang, seperti dilansir Associated Press, Selasa (13/10/2020).

Laporan itu menyusul penyataan yang dirilis oleh stasiun televisi China, CCTV, pada Senin (12/10/2020) yang menampilkan rekaman pengakuan dari seorang pria yang diidentifikasi sebagai Cheng Yu-chin.

Dalam laporannya, stasiun CCTV menyatakan Cheng ditahan oleh badan keamanan negara China, sebab dituduh menggunakan jabatan akademisnya di Republik Ceko sebagai kedok untuk mengumpulkan informasi intelijen, merekrut personel dan menabur perselisihan antara China dengan negara-negara Eropa lainnya.

Pada Minggu pekan lalu, CCTV menyiarkan pengakuan seorang pria yang diidentifikasi sebagai Li Mengju. Sama halnya dengan Cheng, Li mengatakan dia mempunyai misi untuk membuat gejolak di China dan merusak reputasi Partai Komunis China.

Dalam pertemuan mingguan, Johnson Chiang menuturkan kepada jurnalis bahwa setiap perselisihan dalam hubungan China dan Ceko adalah hasil dari diplomasi agresif dan intimidasi China.

Dalam laporan yang sama, CCTV mengatakan aparat keamanan China berhasil membongkar lebih dari seratus aksi mata-mata dalam kegiatan kontra intelijen yang dinamakan Operasi Guntur 2020.

Seperti dilansir Associated Press, laporan tersebut muncul di tengah meningkatnya pertikaian diplomatik dan militer China terhadap Taiwan.

Pemerintah China terus memaksa pemerintahan Presiden Tsai Ing-wen untuk mengakui klaim Beijing atas Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya.

Kendati kedua belah pihak memiliki hubungan budaya dan ekonomi yang kuat, tapi mayoritas warga Taiwan menolak gagasan penyatuan politik dengan China.[fat]

Related Articles

Back to top button