Inggris keluar UE, Pasar Potensial untuk Produk Kayu Indonesia
Rabu, 19 April 2017
Indonesiaplus.id – Pasca Inggris keluar dari Uni Eropa (UE) atau yang dikenal dengan istilah British Exit (Brexit), menjadi pasar potensial bagi produk kayu asal Indonesia.
Menurut Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan Kasan Muhri, kondisi pasar Inggris masih sangat potensial dibandingkan dengan kondisi secara umum di Uni Eropa.
“Kondisi terlihat dari tren impor kayu olahan dan produk kayu Inggris yang meningkat signifikan sebesar 10,80 persen selama periode 2011-2015. Sebaliknya, impor di pasar Uni Eropa justru mengalami penurunan rata-rata sebesar 0,73 persen, ” ujar Kasan, melalui keterangan pers tertulis di Jakarta, Selasa (18/4/2017).
Posisi Indonesia di pasar Inggris tercatat masih rendah, yakni dengan pangsa pasar 2,46 persen. Pesaing utama Indonesia dalam sektor ini antara lain Amerika Serikat (pangsa pasar 17,55 persen), Cina (pangsa pasar 14,97 persen), dan negara Uni Eropa lainnya, seperti Swedia dan Latvia.
Saat ini, Inggris sendiri masih dalam tahap transisi untuk sepenuhnya terlepas dari kontrak perdagangan dengan Uni Eropa. Pasalnya, negara itu masih akan tergabung dalam kebijakan dan kerja sama perdagangan yang dilakukan oleh Uni Eropa, termasuk lisensi Forest Law Enforcement, Governance, and Trade (FLEGT) dan negosiasi Voluntary Partnership Agreed (VTA).
“Inggris diperkirakan masih akan mempertahankan lisensi FLEGT dan negosiasi VPA mengingat keduanya dapat memberikan manfaat yang besar bagi negara importir. Terdapat kemungkinan akan terjadi perubahan dalam regulasi FLEGT yang akan disesuaikan dengan kepentingan nasional Inggris, ” katanya.
Misalnya, jika negara tersebut menerapkan lisensi FLEGT hingga ke kebijakan pengadaan nasional yang mengharuskan kantor pemerintahan pusat, lembaga eksekutif, dan lembaga publik non-pemerintah memperoleh lisensi produk kayu. Kondisi ini bahkan akan mendorong potensi ekspor kayu olahan dan produk kayu yang lebih besar.
FLEGT merupakan instrumen potensial yang dapat dimanfaatkan oleh Indonesia. Terlebih lagi, Indonesia merupakan satu-satunya negara Asia yang telah berada pada tahap implementasi.
“Selain menembus pasar Eropa, FLEGT juga dapat membantu Indonesia mendorong pemanfaatan sektor kehutanan yang berkelanjutan,”tandasnya.[Sal]