Gapki: Febaruari Lalu, Produksi dan Ekspor Sawit Anjlok
Jumat, 7 April 2017
Indonesiaplus.id – Produksi sawit Febuari mencapai 2,6 juta ton atau menurun sekitar 8 persen ketimbang bulan sebelumnya di 2,86 juta ton. Penurunan produksi bermuara pada kinerja ekspor minyak sawit juga ikut tergelincir.
Hal itu disampaikan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) bahwa pada bulan kedua di 2017, ekspor minyak sawit, termasuk oleochemical dan biodiesel, hanya mampu mencapai 2,66 juta ton. Angka itu lebih rendah 6% jika dibandingkan dengan Januari yang mencapai 2,84 juta ton.
Menurut Direktur Eksekutif Gapki Fadhil Hasan, penurunan produksi terjadi lantaran saat ini berada di musim panen yang rendah. Penurunan kinerja ekspor juga dipicu tingginya bea keluar yang dikenakan pada Februari, yaitu US$18 atau Rp239 ribu per metrik ton.
“Hal ini membuat para penghasil minyak sawit menahan penjualan dan para pembeli juga menahan pembelian,” ujar Fadhil melalui pernyataan resmi, Kamis (6/4/2017).
Saat ini, kata Fadhil, persediaan stok minyak sawit juga mengalami penurunan drastis. Pada akhir Februari stok tercatat 1,93 juta ton atau turun 32,5% dari Januari, yakni 2,85 juta ton.
Stok terkikis karena produksi yang masih turun, sementara ekspor masih tinggi meskipun mengalami penurunan jika dibandingkan bulan sebelumnya. Sepanjang Februari, negara-negara Timur Tengah, Banglades, Tiongkok, dan negara-negara Afrika membukukan kenaikan permintaan terhadap minyak sawit Indonesia. Sebaliknya, penurunan permintaan terjadi pada Amerika Serikat (AS), negara-negara Uni Eropa, Pakistan, dan India.
“Selain dari bea keluar yang tinggi, penurunan permintaan juga disebabkan adanya perlambatan konsumsi masyarakat di India dan banyaknya stok kedelai di AS,” katanya.
Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong pengelolaan kelapa sawit yang berkelanjutan di lahan gambut. Langkah itu dilakukan dalam upaya meningkatkan kinerja produksi komoditas sawit di masa mendatang.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perkebunan Kementan Bambang mengungkapkan pengelolaan kelapa sawit yang berkelanjutan sangat memerlukan pemahaman yang mendalam.
Hal itu sangat penting supaya tidak menimbulkan permasalahan di bidang ketahanan pangan, ekonomi, kerawanan sosial bahkan politik terutama di kawasan budi daya.[Was]