ECONOMY

Beredar Luas di Masyarakat Isu Impor Beras Bikin Petani Resah

Jumat, 12 Januari 2018

Indonesiaplus.id – Saat ini, Kementerian Pertanian (Kementan) mengklaim, produksi beras masih aman. Mengingat pasokan bakal bertambah pada Februari seiring musim panen sehingga impor beras tidak diperlukan.

Menurut Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, bahwa Oktober 2017 musim tanam sudah dimulai tetapi diiringi musim hujan. Hal itu menyebabkan proses tumbuh padi terhambat sehingga waktu panen mundur.

Dengan masa tiga bulan tanam seharusnya pada Desember dan Januari sudah masuk musim panen raya. “Bergeser karena musim hujan. Tiga minggu lagi saya pastikan kita sudah panen raya dan produksi bertambah,” ujar Amran di Jakarta, Kamis (11/1/2018).

Catatan Kementan periode Oktober-Desember 2017 terjadi penurunan luas tanam padi 13 ribu hektare (ha) jika dibandingkan periode yang sama 2016. Namun, Amran mengklaim hal itu tidak berdampak penurunan produksi karena pada musim tanam sebelumnya telah surplus.

Data prediksi produksi beras Januari-April 2018, bulan ini ketersediaan beras mencapai 2,83 juta ton. Produksi tersebut dinilai masih surplus 329 ribu ton karena rata-rata konsumsi beras nasional per bulan sekitar 2,5 juta ton.

Sedangkan Februari, produksi beras diprediksi mencapai 5,4 juta ton dengan total luasan panen sebesar 1,63 juta ha. Menurut Amran, masa-masa seperti saat ini tidak perlu khawatir ketersediaan beras.

Perlu diantisipasi musim kemarau pada Juli-September. Pada bulan-bulan tersebut mayoritas persawahan di Indonesia krisis air. “Justru saya khawatir di saat itu karena musim kemarau. Sejak sekarang kita genjot produksi agar ketersediaan beras tetap stabil di bulan-bulan itu,” katanya.

Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Thohir mengatakan, petani mulai khawatir terkait rencana impor. Menurut dia, impor pasti akan memicu harga gabah petani jatuh.

Rata-rata harga Gabah Kering Panen (GKP) di kisaran Rp 5.500 per kg. Harga itu baik bagi petani, tapi kurang menguntungkan pedagang. Pedagang akan sulit menjual beras medium dengan harga eceran tertinggi (HET) Rp 9.500 per kg. “Kondisi ini yang memicu beras medium berkurang. Jadi pemerintah harus menggelontorkan beras medium,” ucapnya.

Winarno memprediksi harga GKP di tingkat petani kembali jatuh pada Februari-April. Penyerapan Bulog terbatas lantaran pemerintah beralih dari kebijakan beras keluarga sejahtera (rastra) ke Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT).

Selain itu, periode tersebut musim hujan. “Petani jangan dikecewakan lagi, apalagi mau panen raya. Memang tekanan impor di mana-mana, cuma untuk apa (impor),” katanya.

Sementara itu, Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mengatakan, tahun lalu Kementan mengklaim surplus beras 17,4 juta ton. Jumlah itu seharusnya mampu mengamankan produksi beras hingga saat ini. “Memang ada masalah besar terkait data stok karena tahun lalu ada gangguan produksi cukup besar karena cuaca dan hama,” tandasnya.[Sal]

Related Articles

Back to top button