Mensos: Tantangan Pekerja Sosial Era Digital Semakin Kompleks dan Dinamis

Indonesiaplus.id – Era revolusi industri 4.0 saat ini telah membawa perubahan tatanan di segala lini kehidupan umat manusia, termasuk terkait isu-isu penanganan kemiskinan bagi para pekerja sosial (peksos).
“Menjadi kebutuhan bagi peksos terkait isu-isu keadilan sosial yang semakin menemukan kontekstualitasnya dikaitkan upaya mengurangi kemiskinan dan ketimpangan di era revolusi industri 4.0,” ujar Mensos Agus Gumiwang Kartasasmita dalam sambutan yang dibacakan oleh Direktur Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Dr Marjuki di hadapan Sidang Terbuka Senat di Bandung, Selasa (15/10/2019).
Isu kemiskinan terjadi ketika pengangguran massal akibat dari tenaga manusia yang digantikan robot dan algoritma. Sejatinya dampak revolusi industri 4.0 telah mengarah pada digitalisasi yang membutuhkan kerja otak daripada kerja otot.
“Saya kira ini sudah terjadi terhadap sebagian masyarakat kita dan mereka tertinggal karena lapangan pekerjaan yang tumbuh berkembang semakin memerlukan kapasitas intelektual yang memadai, ” katanya.
Kondisi tersebut menjadikan para peksos harus mengambil peranan melakukan berbagai intervensi di kalangan masyarakat miskin dan lemah untuk menjangkau dimensi-dimensi sosial yang lebih luas seperti pemerataan, pemberdayaan dan penguatan hak ekonomi, serta sosial dan budaya.
Para peksos bisa mendorong keberfungsian sosial dan ekonomi penyandang disabilitas atau lanjut usia (lansia) untuk membangun kesadaran hukum di tengah masyarakat dengan melindungi kelompok minoritas, mendorong perubahan sikap dan perilaku masyarakat miskin, serta membekali mereka dengan keterampilan agar mampu bersaing di pasar kerja.
“Peran para peksos memberikan pendampingan kewirausahaan, mengadvokasi kaum perempuan berkaitan hak-hak dasar dan cara mengakses hak-hak tersebut, mendorong peksos berani mengklaim hak-hak mereka, membuka akses masyarakat terhadap fasilitas perbankan,” tandasnya.
Salah satu tanda era digital ditandai dengan keterbukaan informasi. Dimana, teknologi informasi menyajikan informasi tak terbatas bagi setiap individu. Di masa lalu, informasi dan ilmu pengetahuan hanya bisa diperoleh melalui buku tapi kini setiap informasi bisa diakses melalui internet sehingga tidak ada lagi alasan bagi seseorang tidak mengembangkan dan mengaktualisasikan dirinya sebagai pelaku di berbagai bidang.
“Karakteristik digital yang terbuka dan nir-ruang dan nirwaktu membuka kesempatan bagi setiap orang berdaya yang mendorong percepatan produktivitas dan kreativitas secara lebih merata. Kuncinya pada keterampilan memanfaatkan teknologi untuk membantu kehidupan, ” ungkapnya.
Setiap individu mempunyai daya tawar tinggi di hadapan pasar kerja yang tidak sekadar mampu mengoperasikan teknologi, melainkan bagaimana mampu menguasai, memobilisasi dan memanfaatkannya demi meningkatkan aktualisasi di berbagai bidang pekerjaan, termasuk peksos.
“Untuk mensinergikan teknologi dengan kebermanfaatan yang lebih luas dibutuhkan suatu kecerdasan atau keterampilan khusus berupa soft skills. Inilah yang harus dimiliki para peksos, ” harapnya.
Menghadapi berbagai tantangan yang kompleks dan dinamis tersebut, diperlukan berbagai langkah agar bisa menghadirkan kelembagaan yang kapabel dan Sumber Daya Manusia (SDM) kompeten.
Segenap sivitas akademika tak terkecuali Poltekesos Bandung, sebagai bagian dari sokoguru pembangunan Indonesia diharapkan bisa berperan secara nyata turut aktif membangun karakter SDM yang unggul dan berdaya saing.
“Ke depan, pola pendidikan hanya menempatkan peserta didik sebagai objek transfer of knowledge, dengan metode salin hafalan teks bahan ajar sudah tidak relevan. Perguruan Tinggi harus mampu mendorong dan menciptakan lulusan yang memiliki soft skills sehingga mampu berkontribusi secara lebih baik bagi kehidupan bangsa dan negara, ” pungkasnya.[mor]