HUMANITIES

Dahsyat! Dua Balai Kemensos Unjuk Kemampuan Pada KIPP Tahun 2020

Indonesiaplus.id – Balai “Wasana Bahagia” Ternate meraih Top 99 Inovasi Pelayanan Publik dan Balai Besar “Kartini” Temanggung sebagai Top 15 Kategori Khusus Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) Tahun 2020.

Kini kedua Balai Rehabilitasi Sosial milik Kementerian Sosial itu unjuk kemampuan dalam presentasi KIPP untuk menuju Top 45 dan Top 5 Kategori Khusus KIPP Tahun 2020.

Kompetisi digelar oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) dan diikuti oleh Kementerian/ Lembaga, pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

Tahun ini, KIPP mengusung tema “Transfer Pengetahuan untuk Percepatan Inovasi Pelayanan Publik dalam Rangka Mendukung Terwujudnya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan Indonesia Maju”.

Menjadikan Top 99 Inovasi dipilih dari Inovasi yang sesuai dengan tema KIPP 2020 dengan kriteria inovasi pelayanan publik yaitu kebaruan, efektif berdampak (manfaat), dapat ditransfer/direplikasi dan berkelanjutan.

Dari 2.126 proposal inovasi, Balai “Wasana Bahagia” Ternate masuk Top 99 Inovasi Kategori Umum. Sedangkan, Balai Besar “Kartini” Temanggung masuk Top 15 Inovasi Kategori Khusus dari 91 proposal Inovasi. Adapun seleksi dilakukan oleh Tim Evaluasi dan Tim Panel Independen.

Kriteria KIPP Tahun 2020 dengan kategori umum, yaitu belum pernah mengikuti KIPP, pernah ikut KIPP namun belum mendapat penghargaan, belum pernah menerima penghargaan Top 99 sebanyak dua kali dan bukan merupakan Top Terpuji.

Sedangkan, Kriteria KIPP Tahun 2020 kategori khusus hanya diikuti oleh Inovasi yang pernah menjadi Inovasi terbaik/terpuji tahun 2014 sampai 2018, yaitu Top 40 Inovasi Tahun 2018, Top 40 Inovasi Tahun 2017, Top 35 Inovasi Tahun 2016, Top 25 Inovasi Tahun 2015 dan Top 9 Inovasi Tahun 2014.

Tentunya, kedua balai yang berhasil tersebut harus melaju ke tahap presentasi dan wawancara pada 30 Juni. Tim Panelis Independen pada presentasi dan wawancara ini diketuai oleh JB Kristiadi dengan anggota Indah Suksmaningsih, Suryapratomo, Tulus Abadi, Nurjaman Mokhtar, serta Siti Zuhro.

Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial, Harry Hikmat langsung mengawal kompetisi ini sebagai bentuk komitmen dan dukungan atas semangat Balai Rehsos meraih prestasi ini.

“Kami berterima kasih diberi kesempatan mempresentasikan 2 karya inovasi dari balai rehabilitasi sosial, yaitu Inovasi Pemberdayaan Sahabat ODHA di Kota Ternate, Maluku Utara (BASODARA) dari Balai “Wasana Bahagia” Ternate dan Inovasi Mencapai Nol Kerentanan Penyandang Disabilitas Intelektual Melalui Sheltered Workshop Peduli (SWP) dari Balai Besar “Kartini” Temanggung,” ujarnya di Jakarta, Selasa (30/6/2020).

Inovasi dari kedua balai ini inline dengan perubahan paradigma di Ditjen Rehsos yang semula orientasi pelayanan berbasis institusi. “Ke depan, perubahan progresif menjadi berbasis keluarga dimana peran keluarga dan komunitas diberdayakan sedemikian rupa,” imbuh Harry.

Untuk presentasi awal disampaikan Kepala Balai “Wasana Bahagia” Ternate tentang inovasi BASODARA yang terdiri dari 3 layanan sosial yang ditujukan untuk setiap kebutuhan dan permasalahan yang dialami Orang dengan HIV/AIDS (ODHA), berupa layanan dari Tim Reaksi Cepat, kunjungan rumah/ konsultasi dan pemberdayaan berbasis komunitas.

Tujuan inovasi ini untuk menghilangkan stigma negatif, meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap ODHA, kemandirian sosial dan ekonomi serta meningkatkan harapan hidup ODHA. “Jadi, kami menjadikan inovasi ini mudah direplikasi di beberapa daerah lainnya,” tutur Udan Suheli.

Keunikan dari inovasi ini bersifat efisien, pendekatan partisipatif dan orientasi pelayanan pada pemberdayaan. Poin dari pelayanan ini mengedepankan pendekatan keluarga dan masyarakat dibanding, pendekatan institusi.

“Juga, menumbuhkan inisiatif dan kreatifitas masyarakat dalam penanganan ODHA demi menghilangkan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA,” kata Udan.

Sementara itu, tim Panelis Independen, Indah Suksmaningsih mengungkapkan pihaknya mengapresiasi dan menyukai judul inovasi dari Balai “Wasana Bahagia” Ternate. Bahkan, ia tertarik menanyakan layanan berbasis komunitas yang dilakukan.

Gayung bersambut, Udan Suheli pun menyambut keingintahuan tim panelis bahwa layanan berbasis komunitas di bawah binaan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) akan lebih intensif dan berkelanjutan. “Misalnya, LKS akan memberikan ODHA kemudahan akses terhadap obat karena telah bekerja sama dengan beberapa layanan kesehatan,” terangnya.

Namun, tidak kalah memukau inovasi dari Balai Besar “Kartini” Temanggung dengan judul, “Mencapai Nol Kerentanan Penyandang Disabilitas Intelektual Melalui Sheltered Workshop Peduli (SWP).

“Inovatif dan terobosan baru bagi Penyandang Disabilitas yang minim akses, bahkan biasa dianggap beban keluarga kini dengan pendampingan keluarga mampu mandiri dan produktif dengan didampingi oleh balai,” tandas Harry.

Pelaksana Tugas Kepala Balai Besar “Kartini” Temanggung, Langgeng Setiawan menyebutkan, SWP ini hadir menyelenggarakan kegiatan ekonomi produktif melalui kewirausahaan. “Ada keunikan dari layanan

penjangkauan berbasis pendekatan pelayanan partisipatif, inklusif dan berorientasi pada pemberdayaan,” jelas Langgeng.

SWP, kata Langgeng, menjadi sebuah terobosan pembaruan yang memberikan layanan di tengah masyarakat dan dilaksanakan oleh masyarakat untuk Penyandang Disabilitas Intelektual. “Saat ini, terbukti ada 30 SWP telah diimplementasikan di 23 Kabupaten di Jawa Tengah,” jelasnya.

Salah satu produk unggulan SWP adalah Batik Ciprat hasil karya Penyandang Disabilitas Intelektual. Kegiatan ini dijamin keberlanjutannya dalam rencana strategis dan rencana kerja tahunan balai. “Kami berkomitmen SWP ini akan menjadi inovasi yang berkelanjutan,” tandasnya.

Dari 2018 sampai 2020 SWP diimplementasikan di 12 lokasi, direplikasi di 7 lokasi dan tahun ini terdapat 5 lokasi embrio replikasi. Selain itu, SWP sudah dipresentasikan di 5 event Internasional bergengsi di 4 Negara, yaitu Irlandia, Perancis, Thailand dan Azerbaijan.

“Pada prinsipnya, Batik Ciprat hanya sebagai media namun esensinya adalah menghadirkan Penyandang Disabilitas di tengah komunitas menjadi penting untuk memberikan ruang agar mereka dihargai keberadaannya, tidak distigma dan tidak didiskriminasi,” tegas Harry.

Pernyataan Harry disambut baik oleh salah satu Tim Panelis Independen, Siti Zuhro. “Maksimal achievement yang bisa kita saksikan adalah memuliakan dan menghargai talenta Penyandang Disabilitas,” katanya.

Sedangkan salah satu upaya membuat Penyandang Disabilitas menjadi inklusi yaitu ketika Menteri Sosial, Juliari P. Batubara mewajibkan seluruh pegawai menggunakan Batik Ciprat sebagai seragam wajib di Kemensos. Penyandang Disabilitas sangat senang dan bersemangat memproduksi Batik Ciprat dalam produksi massal.

Di akhir closing statement, Harry menyampaikan kini Ditjen Rehsos Kemensos mengalami perubahan paradigma.

“Jadi, performa Ditjen Rehsos akan nampak pada layanan sosial melalui 3 pendekatan yang saling beririsan, yaitu keluarga, LKS, serta balai atua loka,” pungkas Harry.[mor]

Related Articles

Back to top button